Friday 23 December 2011

Anak Berpipi Bulat Merah Muda

Apa ya? Kind of undescribeable feeling, hehe. Ini kali ya yg kata orang 'bahagia'. Buatku sih, bahagia itu sederhana. Bahagia karena hal-hal kecil seperti ketemu temen-temen, sahabat lama, saling bertukar cerita, ketawa-ketawa tanpa tau kapan bisa berhenti, rame-rame makan cemilan murah pinggir jalan, gitaran sambil nyanyi bareng.....ya, hal kecil memang, tapi memang seperti itulah bahagia menurutku. Bukan dengan majalah teen vogue yg membuat lapar mata, bukan dengan hershey's choc yg....yaa memang moodbooster yg baik sekali, bukan dengan kuteks warna-warni khas marc&jacobs, bukan sepatu ber-sol merahnya Christian Loubouttin, bukan semua itu.....

---------------------------------------

Bahagia itu sederhana, se sederhana aku jatuh hati denganmu.

---------------------------------------

Tidak sederhana memang jika diruntut dari awal kita bertemu. Awal? Aku pun tak tahu kapan awal kita bertemu, mungkin di bangunan tua itu ya, waktu aku masih mengenakan rok berlipit banyak dan kamu bercelana pendek warna merah hati.
Tahun akan selalu berganti. Rokku tak lagi berlipit banyak, pun berganti warna menjadi biru. Terkesan lebih dewasa, hehe. Lalu aku melihatmu, disana, disudut bangunan sekolah baruku. Iya, anak berpipi bulat merah muda yang satu bangunan sekolah dasar denganku. Aku mengenalimu. Tidak pernah dekat, memang. Kamu terlalu misterius, tapi entahlah, gerak-gerikmu selalu menarik untuk aku ikuti. Terus begitu selama 3 tahun di sekolah penuh kenangan itu. Aku tetap menjadi perempuan kecil pemalu yg suka memperhatikanmu. Sungguh, aku tidak bohong. Aku memang tidak pernah merasa aliran darahku berubah menjadi lebih cepat setiap kita berpapasan, tapi...aku selalu berharap untuk bisa berbicara denganmu, walaupun hanya sekedar menyapa. Tapi kenyataannya tidak, kamu terlalu tertutup untuk kukenali.

Tiba waktu melanjutkan ke jenjang sekolah berikutnya. Entahlah, aku hanya ingin berbicara jujur, saat ini saja. Aku mencari namamu, malam itu, di daftar nama siswa yg diterima di sekolahku sekarang. Aku masih mengingatnya dgn jelas, tentu ini bukan bualanku saja. Ternyata tidak ada, cukup kecewa. Namamu ada di daftar nama di sekolah berikutnya, bersama...yah dia yg dulu segalanya buatku.
Aku selalu mengikuti semua hal tentangmu, jelas tanpa sepengetahuan siapapun. Entahlah, kamu terlalu menarik untuk terlewatkan.
Semester ketiga dimulai. Aku mencoba menerobos hiruk-pikuknya koridor saat hari pertama masuk sekolah. Sampai di ujung koridor, ada yg menarik perhatianku. Dia, anak berpipi bulat merah muda itu, menanyakan letak ruang kelasnya. "Oh, pindah sekolah" pikirku pendek. Dia banyak berubah, berbeda sekali dengannya yg memakai celana panjang berwarna biru gelap, apalagi saat pertama aku mengenalinya 6 tahun lalu. Jauh lebih kurus, rahangnya terlihat lebih kokoh, benar-benar....adorable. Sejak saat itu aku menjadi lebih bersemangat sekolah. Aku hanya merasa, orang yg kuperhatikan diam-diam, sejak aku masih berusia sesedikit keping jagung, hadir kembali di depanku, untuk kuperhatikan dari jauh lagi. Pada akhirnya, bukan aku yg terlalu terlambat menyadari karena cinta butuh waktu, aku benar-benar merasa jatuh hati. Aku bahkan bisa merasakan aliran darah di wajahku sendiri saat kamu menyapa, menghasilkan semburat warna merah yg untungnya tidak pernah kamu tau. Dan seolah sudah menjadi kebiasaan, aku terbiasa memperhatikan tiap hal kecil yg kamu lakukan. Terbiasa melihatmu duduk disamping tangga yg selalu kulewati untuk memastikan kamu ada di sekolah. Terbiasa mendengarkan riuh rendah canda tawamu dari jauh. Terbiasa mencari tau tentangmu dengan kedok, kamu teman lamaku. Ya...dengan cara-cara itu yg membiasakanku dengan adanya kamu.

Sudah 6 tahun sejak aku melihatmu di koridor lantai dua, dengan celana katun berwarna merah hati, dan pipi bulat yg memerah karena diterpa panas matahari. Berarti sejak saat itu pula, aku sudah diam-diam memperhatikanmu, tanpa tujuan, dan tanpa ada perasaan apapun. Penasaran. Kamu membuatku penasaran selama ini, dan aku bukan tipe orang yg terbiasa begitu. Aku terbiasa mendapatkan apa yg aku mau. Jadi, kamu harus bisa kukalahkan :-) Semua berjalan begitu cepat dengan skenario Tuhan yg tak terduga.
Sampai tiba akhirnya, gotcha! Gadis kecil ber-rok lipit merah yg bahkan mungkin tidak pernah kamu sadari ada, bisa membuatmu jatuh hati.

Aku memenangkan ini semua :-)

No comments:

Post a Comment