Wednesday 10 August 2011

Benci

Selamat malam. Akhir-akhir ini nggak bisa tidur nyenyak seperti biasanya. Kebangun tengah malam. Berada di tengah alam sadar dan alam mimpi membuat aku sejenak lupa di alam mana aku seharusnya berada, menyadarkanku bahwa sebenarnya kenyataan dan mimpi itu hanya dipisahkan sebuah garis tipis atau tak lebih dari sejengkal tanganmu saja.
Ada di tengah alam sadar dan alam mimpi itu..enak kah menurutmu? Tidak sama sekali. Kondisi dimana emosi dan kesadaranmu cenderung labil dan mudah goyah. Tangismu akan mudah sekali pecah di saat ini. Itulah mengapa terkadang aku benci saat malam hari tiba. Aku benci bagaimana malam seperti membawaku masuk ke sebuah lorong suram tanpa ujung. Aku benci saat malam bahkan tak bersuara sedikitpun, hening. Aku benci merasa kesepian. Aku benci saat malam mengingatkanku bahwa aku benar-benar sendiri, tidak ada seorangpun yg benar-benar peduli. Aku benci malam-malam yg memutar kembali memoar-memoar lama yg bahkan tak ingin kurasakan lagi, terlebih saat malam membawa temannya yg menyedihkan, hujan. Aku juga benci hujan. Aku benci hujan yg seakan meruntuhkan tembok pembatas antara kenangan dan masa depan, membuat segala kenangan tumpah ruah memenuhi otak dan terkadang..tumpah oleh tangis.
Aku memimpikanmu malam ini, Sayang. Aku benci untuk terlalu jujur mengungkapkan bahwa kamu tidak hanya malam ini saja datang dalam mimpiku. Apa kamu memang hanya berani datang dalam mimpiku? Atau akulah yg sebenarnya hanya berani memimpikanmu? Entahlah. Dan aku pun tidak tau angin jahat apa yg selalu membuatku terjaga setelah memimpikanmu. Yap. Aku berada di saat-saat itu, saat emosi susah terkendali karena tidak sadar sepenuhnya..di tengah alam sadar dan alam mimpi. Kontan saja, layaknya kaset yg di rewind, semua hal tentangmu terpapar begitu saja di hadapanku, mempertontonkan adegan demi adegan yg pernah kita jalani. Rindu. Klise memang kedengarannya, tapi ini nyata, aku merasakannya. Rindu. Perasaan abstrak yg dengan cerdiknya menerobos masuk ke ulu hati melewati celah-celah kecil yg belum kututup dengan sempurna.
Tangisku tumpah, entah mengapa. Ada sesuatu yg mengganjal, memenuhi rongga dada, membuatku sulit untuk bernafas. Sesak. Aku menangis, berharap aku akan segera lega. Aku terus membiarkan air mataku membasahi pipi. Aku tidak mau menatap cermin. Aku benci melihat diriku sendiri, menyakiti diri sendiri seiring tetes air mata yg jatuh. Aku benci melihat diriku sendiri yg terlampau bodoh sehingga tak mengetahui apa yg menyebabkan aku sedemikian terpuruk. Aku benci diriku sendiri yg seolah ingin mengetahui kejelasan dari semua yg terjadi, tapi bahkan tak tau bagaimana. Aku benci kamu. Aku benci bagaimana kamu dapat membuatku bertahan bahkan saat aku tak tau apa yg sebenarnya patut kupertahankan. Aku benci segala caramu yg membuatku kembali dan terus kembali ingin mengulang semuanya dari awal lagi.
Aku benci malam ini. Malam dimana aku merasa aku sangat membenci semuanya yg pernah membuat hidupku sangat berwarna. Aku benci tertidur dalam tangis dan..kesepian.

4 comments: